Free Mega Man Run Cursors at www.totallyfreecursors.com
EL Butar: SISTIMATIKA PERKEMBANGAN FILSAFAT SEBAGAI UPAYA RASIONALISASI PEMIKIRAN

Jumat, 16 November 2012

SISTIMATIKA PERKEMBANGAN FILSAFAT SEBAGAI UPAYA RASIONALISASI PEMIKIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Filsafat adalah pengetahuan tentang berpikir dengan kritis sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan pengetahuan tentang kebenaran pemikiran yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah tuntas. Filsafat dari bahasa inggris adalah Philisophy, yaitu study of the nature and meaning of existence how people should live.
Seseorang yang sadar akan dirinya dan disekitarnya pasti akan berpikir, atau berfilsafat. Berbeda dengan orang yang tidak sadar akan dirinya dan disekitarnya. Sadar di sini merupakan ingatan seseorang bahwa dia hidup di dunia yang penuh dengan teka-teki, bahwa ada yang mengatur seperti robot buatan yang di atur dengan remotnya. Membuat pertanyaan yang tidak dapat di ungkapkan begitu saja tanpa adanya bukti yang nyata yang dapat dilihat oleh indrawi manusia.
Mengapa seseorang dapat dikatakan berfilsafat? Karena seseorang yang sudah memiliki akal pikiran pasti dia memiliki pertanyaan yang begitu banyak dan membingungkan tentang masalah apapun dan bagaimana menjawabnya. Di contohkan ketika seseorang melihat awan, langit dan hiasannya, mengapa ada langit? Mengapa dikatakan langit atau yang lainnya?. Dia hanya bertanya tapi tak dapat menjawab apa yang dia pertanyakan dan ada pula yang dapat menjawabnya tetapi hanya pemikiran sains saja. Hanya orang-orang yang memiliki cinta dan kebijaksanaanlah yang dapat menjawabnya dengan jawaban yang rasional, seperti tokoh Yunani kuno yang bernama  Thales (624-546 SM) ia berpendapat tentang pembentukan asal bumi itu dari air, maka Thales pun beralasan dengan rasional yang dapat dimengerti oleh akal manusia.
 Seiring bertambahnya umur seseorang, maka akan bertambahnya ilmu pengetahuan seseorang di situlah adanya salah satu bentuk filsafat dan memprosesnya menjadi sebuah pertanyaan yang  dimulainya dengan teori pengetahuan yang di dalamnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan disebut dengan epistemologi, kemudian dengan teori hakikat di dalamnya membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut dengan ontologi, yang terakhir adalah teori nilai yang membicarakan guna pengetahuan itu, disebut axiology, dengan menggunakan sistematika filsafat untuk memperoleh kebenaran yang rasional.
1.2. Rumusan masalah
1. Apakah sistematika filsafat?
2. Bagaimanakah bentuk sistematika filsafat?
3. Apasajakah cabang-cabang filsafat?
4. Bagaimanakah cara menentukan kebenaran yang rasional?




BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistematika Filsafat
Sistematika filsafat adalah cara kerja filsafat dalam mencari kebenaran. Hasil berpikir segala sesuatu yang ada dan wajib ada telah terkumpul dalam buku-buku tebal dan tipis dengan berbagai karangan dan bentuk. Setelah disusun secara sistematis cara kerja filsafat adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan rasio sebagai alat utama untuk menemukan dan menentukan suatu kebenaran
2. Merasionalisasikan segala sesuatu yang ada dan wajib ada dengan cara berpikir mendalam, logis, dan rasional.
3. Menjadikan semua objek ilmu pengetahuan sebagai objek material filsafat, tetapi cara kerjanya tidak mengenal kata akhir sebuah kebenaran telah terbukti keberadaannya.
4. Kebenaran yang bersifat obserfativ dan empiris bagi filsafat merupakan langkah awal menuju pencarian kebenaran yang hakiki.
5. Cara kerja rasio yang sistematis, radikal, dan spekultif
6.  Objek kajian filsafat tidak sebatas segala pada sesuatu yang alamiah, bahkan sesuatu yang sebenarnya Dzat yang menciptakan alam, yang tidak bersifat alamiah, yakni Tuhan tidak segan-segan dijadikan bahan perdebatan dan perbincangan filsafat.
Setelah membahas struktur dan pembagian filsafat sekarang dilanjutkan untuk menghubungkan struktur filsafat dengan cabang filsafat untuk mengetahui [2]bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan. Setelah mendapatkan ilmu pengetahun bagaimana cara membahas atau mengkaji ilmu pengetahuan tersebut. Kemudian mendapatkan inti dari sesuatu yang dikaji setelah dapat dikaji bagaimana dan apa manfaat ilmu yang sudah di dapat dan dikaji, karena sama sekali hampa dan bohong mendapatkan suatu ilmu penegetahuan tanpa di amalkan atau dimanfaatkan khususnya bagi dirinya sendiri dan untuk orang lain. Berikut adalah ke tiga cabang filsafat:
1. Epistemologi (teori pengetahuan)
Epistemologi berasal dari bahasa yunani, episteme yang berarti knowledge atau pengetahuan atau logy yang berarti teori. Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini: apa pengetahuaan itu? Apa sumber-sumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya? Apakah pengetahuan kita itu benar?.
Pengetahuan sudah dijelaskan pada sebelumnya adapun untuk mengetahui dari [3]manakah sumber-sumber pengetahuan itu dapat diperoleh, menurut Louis Q. Kattsof sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu:
1.Empirisme
Kata ini bersal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya pengalaman. Mennurut aliran ini manusia memeperoleh pengatahuan dengan adanya pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman indrawi, di contohkan manusia tahu gula itu manis karena ia marasakannya, bahwa gula itu memang manis. Dan aliran ini hanya dapat menemukan kebenaran yang bersifat konkret saja.


[4]2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan akal adalah dasar kepastian pengetahuan.pengetahuan yang diperoleh dari akal pikir manusia. Dicontohkan ketika orang sedang sakit gula pun rasanya pahit maka akal yang dapat menemukan kebenaran, bahwa orang itu dalam keadaan tidak normal atau sakit sehingga mempengaruhi seluruh tubuh. Rasionalisme dan empirisme saling bertentangan, aliran rasionalisme menganggap aliran empirisme masih memiliki kelemahan, karena keterbatasan  indrawi contoh seperti melihat benda dengan jarak yang jauh, belum tentu benda itu benar menurut penglihatannya.  
3. Positivisme
Tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857). Dia adalah penganut aliran empirisme. Dalam mencari kebenaran dia menggunakan empirisme, akan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu, yaitu diperkuat dengan eksperimen. Dicontohkan panas di ukur dengan termometer, jarak yang jauh di ukur dengan meteran dan tidak dapat ditebak begitu saja.
4. Intuisionisme
Intuisionisme adalah suatu paham yang menunjukan bahwa manusia memiliki pengetahuan tingkat tinggi. Aliran ini di pelopori oleh Henri Bergson (1859-1941). Menurut aliran ini, bahwa akal juga memiliki keterbatasan. Manusia hanya dapat difokuskan pada objeknya saja tidak keseluruhan dan sifat-sifat yang tetap pada objek. Dicontohkan menyelesaikan masalah seorang yang difitnah, maka hanya berfokus pada orang yang difitnah dan yang mempitnah, maka akan timbul pemahaman akali dan akhirnya menyalahkan orang yang difitnah benar malakukan hal tersebut padahal orang itu tidak melakukannya, di sinilah berperannya intuisionisme. Jadi, memerlukan kemampuan tingkat tinggi dalam menentukan seperti hala di atas.

[5]2. Ontologi (teori hakikat)
Ontologi adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap eksistensi. Di sinilah bagaimana cara membahas ilmu pengetahuan yang sudah didapat untuk diproses menuju kemanfaatan ilmu pengetahuan itu, untuk mengetahui asal dan inti dari ilmu pengetahuan. Hakikat artinya keadaan yang sebenarnya bukan keadaan yang selalu berubah. Teori hakikat mempunyai cabang, yaitu kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar, seperti bagaiman evolusi dan bagaimana susunannya. Adapun hakikat manusia di bicarakan oleh antropologi.
 Pembahasan hakikat tuhan di lakukan oleh theodicea. Dalam theodicea ini muncul isme-isme seperti teisme adalah yang menyatakan tuhan itu ada. Kemudian ada monoteisme adalah teisme yang mengajarkan bahwa tuhan itu esa. Triniteisme mengajarkan bhwa tuhan itu satu, tetapi beroknum tiga. Politeisme ialah paham teis yang mengajarkan, bahwa tuhan itu banyak. Sedangkan panteisme yang mengajarkan bahwa tuhan dengan alam tidak ada jarak, tuhan itu adalah alam dan begitupun penenteisme.
Adapun Ateisme adalah isme yang mengajarkan, bahwa tuhan tidak ada, karena ketidak percayaan dan ketidak tahuan mereka. Kemudian ada aliran agnotisime, yaitu paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan ateisme. Mereka itu bertuhan tidak dan tidak bertuhan juga tidak. Adapun filsafat pendidikan, hukum agama dan yang lainnya juga termasuk cabang ontologi.
Dalam ontologi ini pada mulanya membicarakan tentang benda untuk mengetahui hakikat benda munculah 5 aliran, yaitu: materialisme, idealisme, skeptisisme, dan agnotisisme. Bagi aliran materialisme hakikat benda adalah benda itu sendiri. Rohani, jiwa, spirit, dan sebagainya muncu karena adanya benda tersebut tanpa adanya benda tidak adanya roh, jiwa dan spirit dan ketiga bentuk ini bukan termasuk hakikat.
Aliran idealisme, aliran ini merupakan aliran yang beranggapan bahwa hakikat pada benda itu ada dua, yaitu material dan immaterial. Benda dan roh, jasad dan spirit itulah yang disebut hakikat. Berikutnya adalah aliran agnotisisme, yaitu aliaran yang menyerah sama sekali. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat suatu benda. Agnotisisme dari kata  A artinya not, gno artinya know, di dalam bahasa Grik agnostos berarti unkown.
[6]Logika
Dilihat dari segi etimologi, kata logika berasal dari kata yunani logike (kata sifat), yang berhubungan dengan kata benda logo yang artinya pikiran atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Berpikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Dengan demikian logika menurut istilah adalah ilmu yang memberikan aturan-aturan berpikir valid (sahih). Logika adalah kebenaran dalam teori pengetahuan. Logika menampilkan norma-norma berpikir benar untuk membentuk pengetahuan  yang benar. Kebenaran dalam logika terbagi menjadi dua bagian, yaitu kebenaran bentuk dan kebenaran materi. Kedua hal tersebut saling melengkapi jika bentuk benar, maka materipun harus benar. Dicontohkan sebuah argument: Semua manusia adalah makhluk hidup
Semua siswa adalah manusia
Karena itu semua siswa adalah makhluk hidup
Argument tersebut adalah benar, karena dilihat dari bentuk benar dan dilihat dari materipun benar dan sesuai dengan kenyataannya.    
Etika
Etika adalah teori tentang nilai, yaitu baik dan buruk. Contohnya dalam agama islam ada  kategori: baik sekali, baik, netral, buruk, buruk sekali (wajib, sunnah, mubah, makruh, haram) dan nilai dalam islam ditentukan oleh tuhan.
Dalam etika ini ada aliran hedonism yang beranggapan, bahwa suatu dianggap baik pabila mengandung kenikmatan. Berikutnya adalah aliran vitalisme yang beranggapan, bahwa baik-buruk ditentukan oleh ada dan tidak adanya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek yang dinilai. Kemudian ada aliran utilitarianisme menyatakan, bahwa yang baik ialah yang berguna. Utilitarianisme terbagi menjadi dua, yaitu: utilitarianisme pribadi dan social. Jadi, untuk menilai perbuatan harus diperhitungkan lebih dulu, banyak mana antara kenikmatan ataukah keburukannya. Terakhir adalah aliran pragmatism sama seperti aliran utilitarianisme, bahwa yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan.
Estetika
Estetika menurut plato adalah realitas yang sungguh-sungguh, suatu hakikat yang abadi, tidak berubah. Bagi plotinus keindahan adalah  pancaran akal illahi. Contoh dari etika dan estetika adalah orang yang cantik itu estetika tapi belum tentu memiliki etika yang baik atau sebaliknya. Jadi indah itu siftat dari objek.
[7]3. Axiologi (teori nilai)
 Nilai adalah sesuatu yang berharga dapat ditunjukan pada suatu benda ataupun juga bisa tidak pada suatu benda. Manakala sumber telah ditemukan dan Untuk mengetahui faedah filsafat adalah, pertama filsafat sebagai kumpulan dapat dikaji. Berikutnya adalah bagaimana ilmu pengetahuan tersebut dapat  dimanfaatkan dan segala hakikat sesuatu berfaedah.
teori, seperti ajaran agama, kedua filsafat sebagai pandangan hidup, fungsinya mirip dengan agama, yaitu sebagai jalan kehidupan atau pedoman. dan ketiga filsafat sebagai metode pemecahan masalah. Contohnya memecahkan masalah tentang kebebasan anak-anak remaja, seperti seks dan bagaimana cara menyelesaikan hal tersebut agar tidak ada lagi perbuatan seks dan sebagainya. Maka, jika dengan filsafat mengetahui awal mulanya terjadi hal ini, yaitu pengaruh dari bangsa barat, maka dari itu anak-anak kecil sebagai generasi penerus harus di ajarkan dan di beri didikan yang islami dan pendidikan formal sehingga tidak ada penerus untuk melakukan perbuatan di atas.
 Demikianlah beberapa cabang filsafat yang sangat penting agar seseorang berpikir sesuai dengan sistematika filsafat atau sesuai dengan jalur yang benar dan menanamkan dalam diri seorang filsafat suatu keraguan yang tak pernah berujung  dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan sehingga ilmu tersebut memiliki nilai yang tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk semua orang.
  


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penemuan oleh filsuf dalam bidang filsafat banyak sekali jumlah pembahasannya dan penemuan-penemuannya yang terbentuk dalam buku-buku dengan berbagai bentuk. Tidak semua dapat memahami dengan begitu cepat buku-buku tersebut, maka dari itu untuk lebih mudah bagaimana cara menemukan kebenaran yang mudah  dipahami dan mengetahui struktur filsafat dengan mengetahui awal seseorang berfilsafat menggunakkan pokok cabang filsafat, yaitu Epistemologi (teori ilmu pengetahuan), Ontologi (teori hakikat), Axiologi (teori nilai) dan ketiga cabang ini memiliki cabang-cabang yang menjelaskan secara terperinci bagaimana ketiga cabang tersebut saling berkesinambungan untuk memperoleh kebenaran dalam pengetahuan.   





DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Abdul Atang dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosifi. Bandung: Pustaka Setia.
Suriasumantri, Jujun S. 1982. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:  Pustaka Sinar Harapan.
Kartanegara, Mulyadhi. 2003. Mejibak Tirai Kejahilan Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan.
S. Praja, Juhaya. 2003. Aliran–aliran filsaftat dan Etika. Jakarta: Kencana.
Achmadi, Asmoro. 2005. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum (akal dan hati sejak Thales sampai Capra). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.


[1] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, filsafat umum. Hal.24.
[2] Achmadi Asmoro, 2005, filsafat umun. Hal. 24.



[4]Ahmad Tafsir, 2009, filsafat umum. Hal 22.
[5] Ahmad Tafsir, 2009, filsafat umum. Hal. 28.
[6] Ahmad Tafsir, 2009, fisafat umum. Hal. 33.
[7]Ahamd Tafsir, 2009, filsafat umum. Hal. 42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar