Free Mega Man Run Cursors at www.totallyfreecursors.com
EL Butar: FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN DAN ABAD MODERN

Jumat, 16 November 2012

FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN DAN ABAD MODERN


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1.            Latar  Belakang  Masalah
Dalam sejarah peradaban manusia terdapat satu ilmu yang telah berhasil menciptakan sebuah peradaban yang besar. Berawal dari pemikiran – pemikiran beberapa orang yang dituangkan kemudian menjadi pandangan – pandangan lalu berhasil menciptakan sebuah peradaban, ilmu itu adalah filsafat.
Filsafat dalam pengertiannya dalam buku Cambridge Internasional Dictionaryof English, adalah Philosophy : The use of Reason in understanding such things as the nature of reality and existence, the use and limits of knowledge and the principle that govern and influence moral judgment.[1]
Yang maknanya adalah Penggunaan akal dalam memahami hal-hal seperti sifat realitas dan keberadaan, penggunaan dan batas-batas pengetahuan dan prinsip-prinsip yang mengatur dan mempengaruhi judgement moral.
Dalam arti filsafat dalam kamus munjid adalah falsafah : Hikmah[2], adalah metode  untuk mendalami berbagai problem ilmiah dan seni memahami ilmu.
            Dalam perkembangannya ilmu filsafat memiliki tiga periode, dan disetiap periodenya banyak ahli – ahli filsafat yang bermunculan. Sejarah filsafat terbagi menjadi tiga periode, Periode awal yakni zaman kuno( acient ), periode kedua abad pertengahan ( medieval ), dan periode ketiga adalah zaman modern yang berlangsung sampai sekarang.
Setiap periode memiliki karakter dan cirri serta permasalahan yang berbeda. Pada periode awal yakni zaman kuno, pada zaman ini terdapat kemajuan manusia  tapi ada yang menarik pada abad pertengahan dan abad modern karena pada kedua periode itu filsafat mengalami kemunduran dan mencoba untuk bangkit  kembali.       Apa pnyebab filsafat mengalami kemunduran pada abad pertengahan ?, dan apa usaha – usaha yang dilakukan pada zaman berikutnya yakni zaman modern untuk bias bangkit dari kemunduran itu ? itulah salah satu yang melatar belakangi kami untuk menyusun makalah ini.

1.2       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Cara Berfilsafat pada Abad Pertengahan ?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan ditandai dengan berintegrasinya filsafat yunani dengan agama Kristen sehingga  formula memungkinkan adanya perkembangan dengan pembaharuan dalam filsafat karena adanya pengaruh agama Kristen .
Masa abad peetengahan tercatat dalam sejarah adalah masa kelam dan kemunduran filsafat. Penyebab mundurnya filsafat pada abad pertengahan adalah karena  terbelenggunya potensi – potensi manusia, Juga tidak ada kebebasan berfikir . Hal ini terjadi karena kesalah pada cara pendekatan dari agama kristen . Dimasa ini adalah penuh dengan dominasi gereja . Tujuannya adalah untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh tetapi menjadi salah karena dalam pelaksanaanya tanpa memikirkan  martabat  dan kebebasan manusia mengengkang pemikiran – pemikiran dan masa depan mereka, karena itu pula pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.[3]
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa patristic dan masa skolastik . Muncul Pemikiran-pemikiran dari setiap tokohnya yang muncul baik pada masa patristic ataupun skolistik yang dalam kedua masa itu memiliki karakter dan corak pemikirannya masing-masing, yang selanjutnya dapat membentuk perbandingan antara masa patristic dan skolistik diantaranya adalah cara berfilsafat, pemikiran tokoh-tokohnya dan pengaruh gereja atau ajaran Kristen pada masyarakatnya.

PERBANDINGAN ANTARA MASA PATRISTIK DAN MASA SKOALISTIK
1.      Cara Berfilsafat
Patristik
Pada masa ini terjadi perbedaan pendapat para ahli pikirnya dalam menghadapi masalah perlu atau tidaknya filsafat yunani digunakan oleh para pemimpin gereja untuk ikut mewarnai dalam pembentukan peraturan – peraturan atau kebijakan – kebijakan yang mereka keluarkan .
Pendapat pertama : golongan yang menolak filsafat Yunani dengan alasan bahwa mereka sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan mencari sumber kebenaran yang lain seperti halnya filsafat Yunani .
Pendapat kedua : golongan yang menerima filsafat yunani sebagai kebijaksanaan yang dapat diambil , alasan mereka adalah bahwa walaupun sudah ada firman Tuhan sebagai sumber kebenaran tidak ada salahnya menggunakan metode berfikir dari filsafat yunani selama itu tidak bertentangan dengan agama.[4]

Skoalistik
            Menurut Hasbullah Bakry, istilah skolastik islam jarang digunakan oleh orang islam, umat islam sering mengguanakan istilah ilmu kalam atau filsafat Islam.[5]  Filsafat islam secara sederhana dapat dijelaskan sebagai pemikiran para falsafi tentang Tuhan, alam serta manusia yang terinspiransi oleh ajaran islam .
            Setelah masa patristik yang didominasi oleh ajaran – ajaran gereja , dan ilmu pengetahuan sulit berkembang dibarat, filsafat islamiyah yang kemudian muncul dan membawakan perkembangan filsafat dari barat melalui para ahli pikir islam dan nama – nama besar diantara mereka adalah Al- kindi, Al- famsi, Ibnu Sina, Al- ghajali, dan Ibnu Rusyd. Peran mereka besar sekali dalam berkembangnya pemikiran – pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan dibarat .

2.      Pemikiran Tokoh-Tokohnya
Patristik
Filsafat pada masa patristik menandai bahwa pemikiran-pemikiran para filsuf mulai dipengaruhi atau bahkan dicampuri oleh pembahasan tentang pandangan hidup kristiani. Sehingga melahirkan sebuah dimensi di mana pembahasan-pembahasan filosofis diarahkan pada pembicaraan tentang “iman” kristiani.
. Secara lebih lugas, masa ini merupakan masa di mana terjadi proses “kristenisasi” filsafat. Sebagaiman sudah dijelaskan, para pemikir Kristen pada zaman Patristik mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap filsafat Yunani. Ada yang menolak sama sekali filsafat Yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia semata, sehingga setelah ada wahyu Tuhan dianggap tidak diperlukan lagi dan berbahaya bagi “keimanan” umat Kristen. Bahkan seorang tokoh Patristik, yaitu Tertullianus berpendapat bahwa filsafat banyak mengambil dari pemikiran- pemikiran taurot selain itu filsafat telah menjelaskan hal- hal baru sebagai Bid’ah dari Taurot dan hanya akan menimbulkan kekacauan.[6] Akan tetapi ada juga yang menerima filsafat Yunani, karena perkembangan pemikiran Yunani itu dipandang sebagai persiapan bagi Injil.
Kondisi para pemikir Kristen semacam ini mirip dengan sikap yang ditunjukkan oleh pemikir Muslim ketika harus berhadapan dengan pemikiran filsafat yang masuk ke dunia Islam pada masa yang lain. Bedanya, jika beragamnya respon para pemikir Kristen lebih didasarkan pada kekhawatiran akan terkontaminasinya ajaran kristiani, maka beragamnya respon di dunia Islam lebih dikarenakan oleh problem substansial filsafat jika dihadapkan dengan al-Qur’an. Dalam ajaran Kristen, ajaran kristiani sendiri tidak sepi dari koreksi manusia. Artinya body of knowledge ajaran kristiani tidak terdeskripsi dengan  bentuk yang jelas. Sehingga, upaya untuk melakukan kompromi antara filsafat dengan ajaran Kristen dipandang sebagai pilihan rasional. Hal itu sebagaimana dilakukan oleh Klemens dari Aleksandria. Salah satu pemikiran Klemens yang penting adalah usahanya untuk membangun hubungan yang baik antara “iman” Kristen dengan filsafat. Pada waktu itu, kebanyakan orang takut untuk menghubungkan keduanya karena akan dianggap sesat. Klemens mengklaim bahwa dengan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan filsafat tidak lantas membuat orang menjadi sesat.
 Upaya Klemens didasarkan kepada pertimbangan bahwa kalau gereja menutup diri terhadap kebudayaan dan filsafat yunani, maka gereja akan tertutup bagi orang-orang yang berpendidikan. Itulah mengapa kami katakan bahwa “kristenisasi filsafat” atau bahkan “filsafatisasi Kristen” menjadi pilihan bahkan menjadi keniscayaan sejarah. Karena pada kenyataannya, terminologi dan batasan dari istilah “sesat” sendiri menjadi delicated dalam ajaran kristiani. Hal ini berbeda dengan yang dialami umat Islam pada masa jauh setelah masa ini. Studi filsafat di dunia Islam lebih kental dengan metodologi al-Qur’an yang vis a vis dengan metodologi filsafat dalam membangun keimanan dan pandangan hidup.
Skoalistik
Para tokoh pemikiran pada masa skoalistik mempunyai corak pemikiran semata- mata agama. Karena skoalistik ini bagian dari kebudyaan abad pertengahan yang religious. Filsafat skoalistik juga mengabdi kepada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan- persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian ataupun baik buruk. Serta pemikiran skoalistik banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja dan juga dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa factor yaitu pertama factor religious, dimana corak pemikiran filsafat yang dimaksud adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religious. Faktor yang kedua yaitu ilmu pengetahuan, pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara- biara, gereja ataupun dari keluarga istana, dan kepustakaan diambil dari para penulis latin, arab (islam) dan yunani.

2.2  ABAD MODERN
Diera filsafat modern muncul berbagai aliran- aliran pemikiran yaitu : Rasionalisme, Empirisme, Kritisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo- Kantianisme, Pragnatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo- Thomisme.
RASIONALISME
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan karena suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan cara berfikir. Dalam aliran ini muncul istilah Cogito ergo sum yang artinya adalah saya berfikir maka saya ada.[7]
EMPIRISME           
Aliran empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya dapat diperoleh lewat indera (empiri) , dan empirilah satu- satunya sumber pengetahuan.[8]
KRITISME
Aliran kritisme beranggapan bahwa diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya yaitu dengan pemikiran yang kritis pada setiap gejala- gejala . Karena itu dibutuhkan sebuah analisis.[9]
IDEALISME
Idealis pertama dalam pengertian modern ialah Berkeley yang pada abad ke- 18 menolak eksistensi independen benda- benda.[10] Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut aliran idealisme segala peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat tertentu terpenuhi.
POSITIVISME
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.[11]

EVOLUSIONISME
Aliran evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep tentang perkembangan segala sesuatu diatur oleh hukum- hukum mekanik, artinya pada hakikatnya dimungkinkan adanya perkembangan manusia pada masa yang akan dating terbentuknya lebih sempurna.[12]

MATERIALISME
Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah materi belaka . Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia  adalah benda,  seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk material asalnya.[13]

NEO- KANTIANISME
Herman Chohen, seorang tokoh neo- kantianisme mengemukakan bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala sesuatu itu baru dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.[14]

PRAGMANTISME
Aliran pragmantisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat- akibat yang bermanfaat secara praktis. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.[15]

FILSAFAT HIDUP
Filsafat hidup dipengaruhi oleh kemajuan iptek  dalam kehidupan manusia sehungga menimbulkan pandangan bahwa peranan akal piker hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru.[16]

FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang berarti gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera karena gejala juga dapat dilhat secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian- kejadian. Pandangan aliran fenomenologi bahwa sebuah objek harus diberi kesempatan untuk berbicara yaitu dengan cara diskriptif fenomenologi .[17]

EKISTENSIALISME
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala yang berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia bisa berada atau bereksistensi dalam dunia.[18]

NEO- THOMISME
Aliran ini adalah aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas . Paham thomisme yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas tidak sempurna. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas tidak sempurna masih terdapat hal- hal yang belum dibahas. Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti akan tetapi tidak boleh dianggap ajarannya betul- betul sempura.[19]



BAB III
                                                           PENUTUP
                                                                    

3.1 KESIMPULAN

1.      Abad Pertengahan adalah ‘abad gelap’-nya filsafat, karena pada masa itu segala peraturan,kebijakan dan corak kehidupan masyarakatnya didominasi oleh ajaran- ajaran gereja, yang tujuannya adalah untuk membawa kehidupan masyarakat kearah yang sholeh, tetapi menjadi salah karena terlalu mendominasi dan tidak memperhatikan martabat dan hakikat hidup manusia, sehingga manusia sulit mengembangkan potensi dirinya dan ilmu pengetahuan menjadi sulit berkembangan.
2.      Pada abad modern ada banyak pemikiran-pemikiran filsafat dan banyak muncul aliran-aliran filsafat, dan ada 13 aliran yang terkemuka, yaitu Rasionalisme, Empiris, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolutionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme dan Neo-Thomisme.
Abad modern merupakan abad kebangkitan filsafat setelah jatuh pada abad sebelumnya yakni pada abad pertengahan. Banyak usaha- usaha yang dilakukan oleh para tokohnya diantaranya adalah berfikir secara bebas dan melepaskan diri dari belenggu-belenggu yang dibuat oleh ajaran-ajaran Kristen sehingga banyak pemikiran-pemikiran yang berkembang dan membebaskan potensi-potensi yang ada pada diri manusia untuk bisa berkembang sehingga berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan,dan pada saat itu ilmu pengetahuan kembali berkembang pesat.


DAFTAR PUSTAKA


Afif Bahaf Muhamad, Filsafat Umum, serang : MA- eye pres, 2008.

Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2009.

Abdullah Hakim Atang, Filsafat Umum. Bandung : Beni Ahmad Saebani, 2008.

Syadali Ahmad dan Mudzakir, Filsafat Umum. Bandung : Cv Pustaka Setia, 2004.

Ahmadi Asmoro, Filsafat Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Procter Paul, Cambridge International Dictionary of English. Great Britain : Cambridge University Press, 1995.

Ma’ruf Louwis, Munjib, Beirut Lebanon : Dar El- Machreq Sarl Publisher, 2000.


[1] Paul procter.Cambrigde International Dictionary of English.1995.hlm.1058
[2] Ma’ruf Louwis. Kamus Munjid.2000.hlm.
[3] Ahmad Syadali,Mudzakir. Filsafat Umum.2004.hlm.81
[4] Atang Abdul Hakim. Filsafat Umu. 2008. hlm.137
[5] Ahmad Syadali, Mudzakir. Filsafat Umum. 2004. Hlm. 82
[6] Muhamad Afif Bahaf. Filsafat Umum.2008.hlm.83
[7] Asmoro Achmadi. Filsafat umum. Eds.1. 2005. Hlm. 116
[8] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 116
[9] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. 118
[10] Ahmad Tafsir. Filsafat Umum. 2009. Hlm.144- 155
[11] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 120
[12] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm.122
[13] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 123
[14] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 124
[15] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 124
[16] Asmoreo Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 125
[17] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm 127
[18] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 128
[19] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar