BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masalah
Dalam
sejarah peradaban manusia terdapat satu ilmu yang telah berhasil menciptakan
sebuah peradaban yang besar. Berawal dari pemikiran – pemikiran beberapa orang
yang dituangkan kemudian menjadi pandangan – pandangan lalu berhasil
menciptakan sebuah peradaban, ilmu itu adalah filsafat.
Filsafat
dalam pengertiannya dalam buku Cambridge Internasional Dictionaryof English,
adalah Philosophy : The use of Reason in
understanding such things as the nature of reality and existence, the use and
limits of knowledge and the principle that govern and influence moral judgment.[1]
Yang maknanya adalah Penggunaan akal
dalam memahami hal-hal seperti sifat realitas dan keberadaan, penggunaan dan
batas-batas pengetahuan dan prinsip-prinsip yang mengatur dan mempengaruhi judgement moral.
Dalam
arti filsafat dalam kamus munjid
adalah falsafah : Hikmah[2],
adalah metode untuk mendalami berbagai
problem ilmiah dan seni memahami ilmu.
Dalam perkembangannya ilmu filsafat memiliki tiga
periode, dan disetiap periodenya banyak ahli – ahli filsafat yang bermunculan.
Sejarah filsafat terbagi menjadi tiga periode, Periode awal yakni zaman kuno(
acient ), periode kedua abad pertengahan ( medieval ), dan periode ketiga
adalah zaman modern yang berlangsung sampai sekarang.
Setiap
periode memiliki karakter dan cirri serta permasalahan yang berbeda. Pada
periode awal yakni zaman kuno, pada zaman ini terdapat kemajuan manusia tapi ada yang menarik pada abad pertengahan
dan abad modern karena pada kedua periode itu filsafat mengalami kemunduran dan
mencoba untuk bangkit kembali. Apa pnyebab filsafat mengalami kemunduran
pada abad pertengahan ?, dan apa usaha – usaha yang dilakukan pada zaman
berikutnya yakni zaman modern untuk bias bangkit dari kemunduran itu ? itulah
salah satu yang melatar belakangi kami untuk menyusun makalah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Cara Berfilsafat pada Abad Pertengahan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
ABAD PERTENGAHAN
Abad
pertengahan ditandai dengan berintegrasinya filsafat yunani dengan agama
Kristen sehingga formula memungkinkan
adanya perkembangan dengan pembaharuan dalam filsafat karena adanya pengaruh
agama Kristen .
Masa
abad peetengahan tercatat dalam sejarah adalah masa kelam dan kemunduran
filsafat. Penyebab mundurnya filsafat pada abad pertengahan adalah karena terbelenggunya potensi – potensi manusia, Juga
tidak ada kebebasan berfikir . Hal ini terjadi karena kesalah pada cara
pendekatan dari agama kristen . Dimasa ini adalah penuh dengan dominasi gereja
. Tujuannya adalah untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh tetapi menjadi
salah karena dalam pelaksanaanya tanpa memikirkan martabat
dan kebebasan manusia mengengkang pemikiran – pemikiran dan masa depan
mereka, karena itu pula pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.[3]
Masa
abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa patristic dan masa
skolastik . Muncul Pemikiran-pemikiran dari setiap tokohnya yang muncul baik
pada masa patristic ataupun skolistik yang dalam kedua masa itu memiliki
karakter dan corak pemikirannya masing-masing, yang selanjutnya dapat membentuk
perbandingan antara masa patristic dan skolistik diantaranya adalah cara
berfilsafat, pemikiran tokoh-tokohnya dan pengaruh gereja atau ajaran Kristen
pada masyarakatnya.
PERBANDINGAN
ANTARA MASA PATRISTIK DAN MASA SKOALISTIK
1.
Cara Berfilsafat
Patristik
Pada
masa ini terjadi perbedaan pendapat para ahli pikirnya dalam menghadapi masalah
perlu atau tidaknya filsafat yunani digunakan oleh para pemimpin gereja untuk
ikut mewarnai dalam pembentukan peraturan – peraturan atau kebijakan – kebijakan
yang mereka keluarkan .
Pendapat pertama
: golongan yang menolak filsafat Yunani dengan alasan bahwa mereka sudah
mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan mencari
sumber kebenaran yang lain seperti halnya filsafat Yunani .
Pendapat kedua
: golongan yang menerima filsafat yunani sebagai kebijaksanaan yang dapat
diambil , alasan mereka adalah bahwa walaupun sudah ada firman Tuhan sebagai
sumber kebenaran tidak ada salahnya menggunakan metode berfikir dari filsafat
yunani selama itu tidak bertentangan dengan agama.[4]
Skoalistik
Menurut Hasbullah Bakry, istilah
skolastik islam jarang digunakan oleh orang islam, umat islam sering
mengguanakan istilah ilmu kalam atau filsafat Islam.[5] Filsafat islam secara sederhana dapat dijelaskan
sebagai pemikiran para falsafi tentang Tuhan, alam serta manusia yang
terinspiransi oleh ajaran islam .
Setelah masa patristik yang
didominasi oleh ajaran – ajaran gereja , dan ilmu pengetahuan sulit berkembang
dibarat, filsafat islamiyah yang kemudian muncul dan membawakan perkembangan
filsafat dari barat melalui para ahli pikir islam dan nama – nama besar
diantara mereka adalah Al- kindi, Al- famsi, Ibnu Sina, Al- ghajali, dan Ibnu
Rusyd. Peran mereka besar sekali dalam berkembangnya pemikiran – pemikiran
filsafat dan ilmu pengetahuan dibarat .
2.
Pemikiran Tokoh-Tokohnya
Patristik
Filsafat pada
masa patristik menandai bahwa pemikiran-pemikiran para filsuf mulai dipengaruhi
atau bahkan dicampuri oleh pembahasan tentang pandangan hidup kristiani. Sehingga
melahirkan sebuah dimensi di mana pembahasan-pembahasan filosofis diarahkan
pada pembicaraan tentang “iman” kristiani.
. Secara lebih
lugas, masa ini merupakan masa di mana terjadi proses “kristenisasi” filsafat.
Sebagaiman sudah dijelaskan, para pemikir Kristen pada zaman Patristik
mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap filsafat Yunani. Ada yang menolak
sama sekali filsafat Yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia
semata, sehingga setelah ada wahyu Tuhan dianggap tidak diperlukan lagi dan
berbahaya bagi “keimanan” umat Kristen. Bahkan seorang tokoh Patristik, yaitu
Tertullianus berpendapat bahwa filsafat banyak mengambil dari pemikiran-
pemikiran taurot selain itu filsafat telah menjelaskan hal- hal baru sebagai
Bid’ah dari Taurot dan hanya akan menimbulkan kekacauan.[6]
Akan tetapi ada juga yang menerima filsafat Yunani, karena perkembangan
pemikiran Yunani itu dipandang sebagai persiapan bagi Injil.
Kondisi para
pemikir Kristen semacam ini mirip dengan sikap yang ditunjukkan oleh pemikir
Muslim ketika harus berhadapan dengan pemikiran filsafat yang masuk ke dunia
Islam pada masa yang lain. Bedanya, jika beragamnya respon para pemikir Kristen
lebih didasarkan pada kekhawatiran akan terkontaminasinya ajaran kristiani,
maka beragamnya respon di dunia Islam lebih dikarenakan oleh problem
substansial filsafat jika dihadapkan dengan al-Qur’an. Dalam ajaran Kristen,
ajaran kristiani sendiri tidak sepi dari koreksi manusia. Artinya body of
knowledge ajaran kristiani tidak terdeskripsi dengan bentuk yang
jelas. Sehingga, upaya untuk melakukan kompromi antara filsafat dengan ajaran
Kristen dipandang sebagai pilihan rasional. Hal itu sebagaimana dilakukan oleh
Klemens dari Aleksandria. Salah satu pemikiran Klemens yang penting adalah usahanya
untuk membangun hubungan yang baik antara “iman” Kristen dengan filsafat. Pada
waktu itu, kebanyakan orang takut untuk menghubungkan keduanya karena akan
dianggap sesat. Klemens mengklaim bahwa dengan mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan filsafat tidak lantas membuat orang menjadi sesat.
Upaya Klemens didasarkan kepada pertimbangan
bahwa kalau gereja menutup diri terhadap kebudayaan dan filsafat yunani, maka
gereja akan tertutup bagi orang-orang yang berpendidikan. Itulah mengapa kami
katakan bahwa “kristenisasi filsafat” atau bahkan “filsafatisasi Kristen”
menjadi pilihan bahkan menjadi keniscayaan sejarah. Karena pada kenyataannya,
terminologi dan batasan dari istilah “sesat” sendiri menjadi delicated dalam
ajaran kristiani. Hal ini berbeda dengan yang dialami umat Islam pada masa jauh
setelah masa ini. Studi filsafat di dunia Islam lebih kental dengan metodologi
al-Qur’an yang vis a vis dengan metodologi filsafat dalam membangun
keimanan dan pandangan hidup.
Skoalistik
Para
tokoh pemikiran pada masa skoalistik mempunyai corak pemikiran semata- mata
agama. Karena skoalistik ini bagian dari kebudyaan abad pertengahan yang
religious. Filsafat skoalistik juga mengabdi kepada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan- persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, kerohanian ataupun baik buruk. Serta pemikiran skoalistik banyak
dipengaruhi oleh ajaran gereja dan juga dapat berkembang dan tumbuh karena
beberapa factor yaitu pertama factor religious, dimana corak pemikiran filsafat
yang dimaksud adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religious.
Faktor yang kedua yaitu ilmu pengetahuan, pada saat itu telah banyak didirikan
lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara- biara, gereja ataupun dari
keluarga istana, dan kepustakaan diambil dari para penulis latin, arab (islam)
dan yunani.
2.2
ABAD MODERN
Diera
filsafat modern muncul berbagai aliran- aliran pemikiran yaitu : Rasionalisme,
Empirisme, Kritisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo- Kantianisme,
Pragnatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo- Thomisme.
RASIONALISME
Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk
memperoleh pengetahuan karena suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan cara
berfikir. Dalam aliran ini muncul istilah Cogito
ergo sum yang artinya adalah saya berfikir maka saya ada.[7]
EMPIRISME
Aliran
empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya
dapat diperoleh lewat indera (empiri) , dan empirilah satu- satunya sumber
pengetahuan.[8]
KRITISME
Aliran
kritisme beranggapan bahwa diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang
sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Dan jalannya yaitu dengan pemikiran yang
kritis pada setiap gejala- gejala . Karena itu dibutuhkan sebuah analisis.[9]
IDEALISME
Idealis
pertama dalam pengertian modern ialah Berkeley yang pada abad ke- 18 menolak
eksistensi independen benda- benda.[10] Idealisme
adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut aliran idealisme segala
peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat tertentu
terpenuhi.
POSITIVISME
Positivisme
adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang
diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu
pengetahuan.[11]
EVOLUSIONISME
Aliran
evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep tentang perkembangan segala
sesuatu diatur oleh hukum- hukum mekanik, artinya pada hakikatnya dimungkinkan
adanya perkembangan manusia pada masa yang akan dating terbentuknya lebih
sempurna.[12]
MATERIALISME
Aliran
filsafat materialism memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah materi
belaka . Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia adalah benda,
seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk
material asalnya.[13]
NEO- KANTIANISME
Herman
Chohen, seorang tokoh neo- kantianisme mengemukakan bahwa keyakinannya pada
otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala sesuatu itu baru dikatakan
ada apabila terlebih dahulu dipikirkan sehingga apa yang dipikirkan akan
melahirkan isi pikiran.[14]
PRAGMANTISME
Aliran
pragmantisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat- akibat yang
bermanfaat secara praktis. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan
bermanfaat bagi kehidupan.[15]
FILSAFAT
HIDUP
Filsafat
hidup dipengaruhi oleh kemajuan iptek
dalam kehidupan manusia sehungga menimbulkan pandangan bahwa peranan
akal piker hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis
baru.[16]
FENOMENOLOGI
Fenomenologi
berasal dari kata fenomen yang berarti gejala, yaitu suatu hal yang tidak
nyata. Suatu gejala tidak harus diamati oleh indera karena gejala juga dapat
dilhat secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian- kejadian. Pandangan
aliran fenomenologi bahwa sebuah objek harus diberi kesempatan untuk berbicara
yaitu dengan cara diskriptif fenomenologi .[17]
EKISTENSIALISME
Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala yang berdasar pada
eksistensinya. Artinya bagaimana manusia bisa berada atau bereksistensi dalam
dunia.[18]
NEO-
THOMISME
Aliran
ini adalah aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas . Paham thomisme yaitu
pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas tidak sempurna. Kedua, paham
yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas tidak sempurna masih terdapat hal-
hal yang belum dibahas. Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus
diikuti akan tetapi tidak boleh dianggap ajarannya betul- betul sempura.[19]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Abad
Pertengahan adalah ‘abad gelap’-nya filsafat, karena pada masa itu segala
peraturan,kebijakan dan corak kehidupan masyarakatnya didominasi oleh ajaran-
ajaran gereja, yang tujuannya adalah untuk membawa kehidupan masyarakat kearah
yang sholeh, tetapi menjadi salah karena terlalu mendominasi dan tidak
memperhatikan martabat dan hakikat hidup manusia, sehingga manusia sulit
mengembangkan potensi dirinya dan ilmu pengetahuan menjadi sulit berkembangan.
2. Pada
abad modern ada banyak pemikiran-pemikiran filsafat dan banyak muncul
aliran-aliran filsafat, dan ada 13 aliran yang terkemuka, yaitu Rasionalisme, Empiris,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolutionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme dan Neo-Thomisme.
Abad modern merupakan abad kebangkitan filsafat
setelah jatuh pada abad sebelumnya yakni pada abad pertengahan. Banyak usaha-
usaha yang dilakukan oleh para tokohnya diantaranya adalah berfikir secara
bebas dan melepaskan diri dari belenggu-belenggu yang dibuat oleh ajaran-ajaran
Kristen sehingga banyak pemikiran-pemikiran yang berkembang dan membebaskan
potensi-potensi yang ada pada diri manusia untuk bisa berkembang sehingga
berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan,dan pada saat itu ilmu
pengetahuan kembali berkembang pesat.
DAFTAR
PUSTAKA
Afif
Bahaf Muhamad, Filsafat Umum, serang
: MA- eye pres, 2008.
Tafsir
Ahmad, Filsafat Umum, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya, 2009.
Abdullah
Hakim Atang, Filsafat Umum. Bandung :
Beni Ahmad Saebani, 2008.
Syadali
Ahmad dan Mudzakir, Filsafat Umum.
Bandung : Cv Pustaka Setia, 2004.
Ahmadi
Asmoro, Filsafat Umum. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2005.
Procter
Paul, Cambridge International Dictionary
of English. Great Britain : Cambridge University Press, 1995.
Ma’ruf
Louwis, Munjib, Beirut Lebanon : Dar
El- Machreq Sarl Publisher, 2000.
[1]
Paul procter.Cambrigde International Dictionary of English.1995.hlm.1058
[2]
Ma’ruf Louwis. Kamus Munjid.2000.hlm.
[3]
Ahmad Syadali,Mudzakir. Filsafat Umum.2004.hlm.81
[4]
Atang Abdul Hakim. Filsafat Umu. 2008. hlm.137
[5]
Ahmad Syadali, Mudzakir. Filsafat Umum. 2004. Hlm. 82
[6]
Muhamad Afif Bahaf. Filsafat Umum.2008.hlm.83
[7]
Asmoro Achmadi. Filsafat umum. Eds.1. 2005. Hlm. 116
[8]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 116
[9]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. 118
[10]
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum. 2009. Hlm.144- 155
[11]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 120
[12]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm.122
[13]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 123
[14]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 124
[15]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 124
[16]
Asmoreo Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 125
[17]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm 127
[18]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 128
[19]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Eds.1. 2005. Hlm. 128
Tidak ada komentar:
Posting Komentar