Free Mega Man Run Cursors at www.totallyfreecursors.com
EL Butar: November 2012

Jumat, 16 November 2012

CARA MEMBUAT RUNNING TEXT




berikut ini cara bagaimana kita membuat  tampilan blogger kita menjadi lebih menarik, yaitu dengan menambahkan salah satu widget running text ...

langsung aja dehh kakang, teteh katuran di baca sambil di praktekan cara2 di bawah ini ^_^
·         Pertama-tama, log-in ke akun blogger kakang, teteh
·         Lalu, klik Tata Letak, dan Tambah Gadget,
·         Tambahkan Elemen Fungsional HTML/JavaScrpit,
·         Selanjutnya, silahkan Copy-Paste Script dibawah :



<script type="text/javascript">
var hn_url_blog = "http://elbutar.blogspot.com";
var hn_jumlah_post = 10;
var hn_warna_latar = "#EEEEEE";
var hn_warna_garis = "#000000";
var hn_posisi = "top";
var hn_tampilkan_judul = true;
var hn_backlink = true;
</script>
<script src="http://hostfileprofessional.16mb.com/files/runningtek.js?nmid=282023943">
</script>

kemudian Save 

catatan : 
ganti text yang berwarna merah dengan alamat blogger kakang, teteh sedanten ... 


selamat mencona :D

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN DISIPLIN ILMU


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada zaman dahulu filsafat hanya digunakan apabila adanya sebuah pertanyaan yang timbul, sehingga filsafat mampu menyelesaikan dengan menggunakan akal pemikiran mereka. Seiring dengan perjalanan waktu ternyata filsafat selalu berhubungan dengan disiplin ilmu. Menyebabkan filsafat menjadi induk dari berbagai ilmu pengetahuan karena adanya pertanyaan-pertanyaan itu akan terselesaikan oleh filsafat dengan menggunakan akal dan pikiran.
Filsafat selalu berhubungan dengan disiplin ilmu, seperti agama, antropologi, pendidikan, dan sosiologi. Antara filsafat dan disiplin ilmu tidak dapat dipisahkan karena adanya ketergantungan yang salig melengkapi dikeduanya. Karena disiplin ilmu akan mampu membuat pertanyaan yang dipertanyakan dan memberikan jawaban bagi pertanyaan para filosof yang meyakinkan.
Karena itu hubungan antara filsafat dengan berbagai disiplin ilmu (agama, sosiologi, antropologi, dan pendidikan) sangat diperlukan karena akan menimbulkan keteraturan antara ilmu pengetahuan dan kehidupan dalam berfilsafat.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa hubungan antara filsafat dengan pendidikan ?
2.      Apa Hubungan antara filsafat dengan antropologi ?
3.      Apa hubungan antara filsafat dengan agama ?
4.      Apa hubungan antara filsafat dengan sosiologi ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.                 Hubungan Filsafat dengan Pendidikan                
Dalam arti sempit pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan dengan materi terorganisasi, dengan meteri terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam system pengawasan dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan.[1]
Dalam arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam situasi kegiatan kehidupan, yang berlangsung di segala jenis bentuk dan tingkat linkungan hidup yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu.[2]
Sedangkan filsafat adalah kerangka pemikiran manusia yang dilakukan untuk menemukan suatu kebenaran dari segala hal yang ada maupun yang tidak ada secara mengakar dan mendalam. Dan filsafat dapat dikatakan sebagai induk semua bidang study dan disiplin ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang yang bersifat komprehensif berupa hakikat, artinya filsafat memandang setiap objek dari segi hakikatnya.
Jawaban bagi persoalan filsafat adalah manusia harus bersikap dan berprilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam.[3] Agar bisa berbuat demikian manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar dari tentang keberadaan segala sesuatu yang ada, dari mana asalnya, bagaimana keberadaanya, dan apakah yang menjadi tujuan akhir keberadaanya. Oleh karena itu, manusia harus mendidik diri sendiri dan sesamanya secara terus-menerus. Setelah itu muncullah pendidikan dan memulai segala sesuatunya, manusia mencoba mendidik dirinya dan sesamanya dengan cara menumbuhkan kesadaran eksistensi kehidupan.[4] Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada pengetahuan umum berupa asal usul, eksistensi, dan tujuan kehidupan yang dijadikan landasan dasar bagi prilaku sehari-hari sehingga eksistensi kehidupan berjalan secara teratur di dalam tujuan akhir.
Keterkaitan antara filsafat dengan pendidikan adalah timbulnya suatu masalah itu berasal dari filsafat, dengan pendidikan kita mampu menyelesaikan suatu masalah yang ditimbulkan dari filsafat itu sendiri. Bagi filsafat, pendidikan mampu membangun pandangan hidup yang dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan untuk kehidupan nanti sehingga akan adanya keteraturan dan keadilan dalam menjalani kehidupan. Bagi pendidikan, filsafat memberikan kontribusi yang berupa kesadaran yang menyeluruh tentang asal-mula, eksitensi, dan tujuan kehidupan manusia.[5] Tanpa filsafat pendidikan tidak akan bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu apa yang harus dikerjakan oleh pendidikan tersebut tanpa sebelumnya ada suatu filsafat yang ditimbulkan. Sebaliknya, tanpa pendidikan filsafat tetap berada di dalam dunianya sendiri tanpa sebelumnya ada sesuatu yang menarik keluar filsafat itu.
Hubungan antara filsafat dengan pendidikan melahirkan satu kesatuan pengertian baru yaitu filsafat pendidikan. Dalam arti luas bahwa filsafat pendidikan adalah pemikiran-pemikiran filsafat tentang bagaimana suatu proses dan cara-cara  pendidikan dilakukan . Pengertian  lain mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat tentang proses pendidikan atau filsafat tentang disiplin ilmu pendidikan ( The philosophy of the discipline of education).
Manfaat Mempelajari Antara Filsafat Pendidikan
Kemudian setelah terjalin hubungan antara filsafat dan pendidikan dengan baik maka didapatkan beberapa hal, yaitu:
1)            Mengembangkan dan memperdalam hasil filsafat para filosof dimasa lalu
2)            Mengembangkan cara pemikiran dalam berfilsafat untuk menemukan sesuatu yang baru dan mencari suatu kebenaran yang sebenarnya.
3)            Memperluas pemahaman mengenai pemikiran yang telah difilsafatkan.
4)            Mengetahui bagaimana cara menyelidiki suatu masalah dengan cara yang efektif dan akurat. 
B.                  Hubungan Filsafat dengan Antropologi
Dari pengertianya antropologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki seluk beluk, asal-mula manusia, dan kebudayaan yang terjadi di kehidupan masa lalu.
Hubungan filsafat dengan manusia melahirkan filsafat manusia, dimana filsafat ini adalah bagian integral dari system filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia adalah upaya untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu?
Secara metodis ia mempunyai kedudukan yang sama dengan cabang-cabang filsafat lainnya. Secara ontologis, ia mempunyai kedudukan yang relatife lebih penting karena semua cabang filsafat bermuara kepada persoalan yang mengenai esensi manusia.[6]
Keterkaitan antara keduanya adalah bahwa tanpa adanya antropologi (kehidupan manusia) filsafat takkan ditemukan dan takkan berkembang seperti saat ini.  Bagi filsafat yang menjadi subjek dan objek filsafat adalah manusia karena manusia sebagai pemikir dan yang dipikirkan. Hubungan ini harus berjalan secara lurus, adanya filsafat karena adanya kehidupan manusia danadanya hasil pemikiran berarti ada yang memikirkan (subjek).
Memang sulit mencari asal-usul atau seluk-beluk manusia dengan menggunakan filsafat karena ini memikirkan keadaan kita sendiri dan lingkungan yang dijalani yang terkadang suatu keraguan dari hasil pemikiran-pemikiran tersebut yang semuanya tidak menghasilkan kebenaran yang mendalam dan mengakar.
Filsafat dan antropologi adalah hubungan yang paling awal dari hubungan filsafat dengan lainnya.
Ciri-ciri Filsafat Manusia
·                     Ekstensif, yakni dapat dilihat dari luasnya jangkauan atau menyulurhnya objek kajian yang digeluti oleh filsafat ini, filsafat manusia tidak menyoroti aspek-aspek tertentu dari gejala dan kejadian manusia secara terbatas.[7] Ini berarti bahwa filsafat manusia mencakup segenap aspek dan ekspresi manusia dan lepas dari konteks kualitas ruang dan waktu (universal), karena itu ia tidak mungkin bisa mendeskripsikan semuanya itu secara rinci dan detail hanya secara garis besar saja.
·                     Intensif, yakni bersifat mendasar dengan menggali inti, esensi dan akar yang melandasi segala kenyataan.[8] Artinya filsafat manusia hendak mencari inti, esensi dan akar yang dilandasi atas kenyataan manusia baik yang tampak maupun yang tidak pada setiap gejala kehidupan sehari-hari.
·                     Kritis, yakni ketidakpuasan para filosof pada pengetahuan yang mengenai tentang manusia.[9] Dimana para filosof terus mempertanyakan dan mencari hakikat keberadaan manusia di dunia ini.
Manfaat Mempelajari Filsafat Antropologi
1.                  Secara praktis, mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang manusia tersebut.
2.                  Secara Teoritis, untuk meninjau secara kritis beragam asumsi-asumsi yang berada dibalik teori-teori dalam ilmu-ilmu tentang manusia. Dimana seseorang akan menyadari dan memahami tentang kompleksitas manusia yang takkan pernah habis untuk selalu dipertanyakan tentang makna dan hakikatnya, sehingga menghindari seseorang dari sikap sempit dan tinggi hati dan manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia tersebut.[10]
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa keadaan filsafat berkembang berkat manusia dan keadaan kehidupannya. Yang mana saling berkaitan antara filsafat dan ilmu antropologi yakni perkembangannya hingga kini makin berkembang seiring kehidupan.
C.                Hubungan Antara Filsafat dengan Agama
 Pada hakikatnya, hubungan filsafat dan agama menjadikan keduanya satu kesatuan, yakni filsafat agama dimana ilmu ini memikirkan tentang pemikiran filsafat tentang agama. Baik agama maupun filsafat pada dasaranya mempunyai kesamaan, yakni sama-sama mencapai kebenaran yang sejati. Bagi filsafat menerima suatu hal kebenaran bukanlah dari kepercayaan, melainkan penyelidikan dari sendiri atau hasil pikiran belaka. Terdapat pula perbedaan diantaranya, bahwa dalam agama ada beberapa hal yang penting misalnya tuhan, kebajikan, baik dan buruk, surga dan neraka dan hal tersebut yang dijadikan penyelidikan oleh filsafat karena hal-hal tersebut ada atau paling tidak mungkin ada.[11] Agama yang dimaksud disini adalah agama yang diwahyukan tuhan pada nabi dan rasulnya. Untuk itu, filsafat tidak mengingkari atau mengurangi adanya wahyu.
Pada dasarnya antara agama dan filsafat tidak ada pertentangan karena apabila kedua-duanya mengandung kebenaran maka kebenaran itu satu dan tentu sama.[12] Pada dasaranya filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama akan tetapi dasarnya berlainan. Filsafat berdasarkan fikiran belaka dan agama berdasarkan wahyu illahi. Dalam filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki, manusia harus mencarinya sendiri dengan menggunakan alat yang dimilikinya baik lahir dan bathin. Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan tuhan. Walaupun kebenaran yang dipaparkan oleh agama mungkin serupa dengan filsafat namun tetap agama tidak dapat disamakan dengan filsafat, karena adanya perbedaan dalam cara pandang.[13] Di sisi lain agama berdasarkan kepercayaan, disisi lain pula, filsafat berdasarkan penelitian dengan mennggunakan potensi manusiawi dan meyakini bahwa alat ukur kebenaran adalah akal manusia. Dimana filsafat agama menerangkan masalah agama secara filosofis. Agama yang dimaksud tidak terikat pada suatu macam agama melainkan pada seluruh agama. Tugas filsafat agama adalah membahas tentang peranan agama bagi manusia yang ditinjau dari sudut filosofis bukan dari sudut ajaran dan wahyu yang terdapat pada agama tertentu.
Persamaan antara Filsafat dengan Agama, yakni:
1.         Filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran ( objektifitas) atau bnetuk pengetahuan
2.         Dalam pencarian kebenaran keduanya mempunyai metode, system dan mengolah objeknya dengan selengkapnya sampai mendalam.
3.         Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak baik mikrokosmos, makrokosmos, maupun Tuhan. Filsafat bertujuan mencari kebenaran tentang mikrokosmos, maakrokosmos dan eksistensi Tuhan.[14]

Perbedaan antara Filsafat dengan Agama, yakni:
1.         Sumber kebenaran filsafat adalah dari manusia itu sendiri dalam arti pikiran pengalaman dan intuisinya. Sumber kebenaran agama adalah dari Allah, karena itu disebut juga bersifat vertical.
2.         Pendekatan kebenaran filsafat dengan jalan perenungan dari akal manusia secara radikal, sistematis, dan universal tanpa pertolongan dan bantuan dari wahyu Allah. Pendekatan kebenaran agama dengan jalan melihat kepada wahyu Allah yang berada dalam kitab suci Al-qur’an, Taurat, dan Injil.
3.         Sifat kebenaran filsafat adalah spekulatif, yaitu yang bersifat pendugaan yang mengakar menyeluruh dan universal. Dimana timbul keraguan setelah itu yakin dan kemudian ragu kembali dan timbul pertanyaan lagi untuk mencari jawaban yang mendalam. Sifat kebenaran agama adalah mutlak karena bersumber dari Allah. Dimana dimulai dengan keimanan dan keyakinan setelah itu iman dan keyakinan mnyelidiki kebenaran yang mutlak setelah yakin atas hasil penyelidikan tersebut maka terjadilah penndalaman keimanan dan keyakinan yang disebut taqwa.
4.         Tujuan filsafat ialah kecintaan kepada pengetahuan yang bijaksana dengan hasil kedamaian dan kepuasan jiwa yang sedalam-dalamnya. Tujuan agama adalah kedamaian, keharmonisan, kebahagiaan, keselarasan, keridhoan.[15]
D.                Hubungan Antara Filsafat dan Sosiologi
Sosiologi ilmu adalah sebuah disiplin yang secara teoritis berusaha menganalisis kaitan antara pengetahuan dengan kehidupan dengan secara metedologis beruapaya menelusuri bentuk-bentuk yang diambil oleh kaitan itu dalam perkembangan intelektual manusia.[16] Disiplin ini dirintis oleh Max Scheler dan diperkokoh oleh Karl Manheim.
Sosiologi merupakan cabang ilmu social yang dahulunya berinduk pada ilmu filsafat, dengan demikian pokok-pokok pikiran sosiologi tidak bisa terlepas dari pemikiran dari para ahli filsafat yang mengkaji tentang hehidupan manusia.
Sudah menjadi sifat bawaannya, bahwa sosiologi sejak berkembang hingga dewasa ini menjadi disiplin yang berdiri sendiri yang selalu berada dalam suasana pergulatan,pemikiran dikalangan tokoh-tokohnya. Sosiologi lahir di tengah-tengah persaingan antara filsafat dan psikologi.
Dengan demikian, keterkaitan antara sosiologi dan filsafat adalah bahwa sosiologi memberikan informasi yang cukup tentang adanya keterkaitan antara proses keilmuan tertentu dengan faktor-faktor lain diluar keilmuan, misalnya ideology, tradisi keagamaan, otoritas politik, ekonomi dan lain-lain.[17]Dimana kita mengetahui pada zaman thales yakni ketika dia berhenti di wilayah mesir, dia melihat keadaan masyarakat dimana mereka semua sangat membutuhkan air. Dari situlah muncul pernyataan dia bahwa air adalah sesuatu yang penting dari segala sesuatu setelah dia melihat keadaan wilayah tersebut. Inilah yang menjadikan filsafat sangat berhubungan dengan sosiologi.









BAB III
KESIMPULAN
Filsafat adalah cara berfikir manusia dengan menggunakan akal atau pikiran manusia untuk menjawab mengenai suatu masalah yang penyelidikannya sampai kepada yang mendalam dan mengakar dari persoalan itu. Sedangkan disiplin ilmu adalah berbagai macm ilmu pengetahuan yang didalamnya diajarkan berbagai macam suatu ilmu yang dapat mengembangkan individu menjadi lebih berawawasan dan memiliki semangat keilmuan yang tinggi untuk kemajuan suatu bangsa dan Negara.
Antara filsafat dengan disiplin ilmu saling berhubungan satu sama lain, tanpa disiplin ilmu mka tidak aka nada filsafat. Hubungan antara keduanya sangat erat dan kini menjadi ilmu yang sangat berpengaruh dalam dunia.
Karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari berbagai ilmu pengetahuan, maka dengan filsafat mereka dapat menjawab peertanyaan tersebut. Dan filsafat semakin berkembangberkat adanya berbagai disiplin ilmu. Karena kini filsafat dijadikan sebagai induk dari berbagai ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa filsafat dan disiplin ilmu baik dengan antropologi, pendidikan, agama, dan sosiologi tidak bisa dipisahkan atau masing-masing disiplin ilmu saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, karena fungsi antar disiplin ilmu saling melengkapi dalam hal materi keilmuan dan diseluruh dunia akan mendapatkan keteraturan serta menjadi pegangan hidup bagi manusia dimasa depan.






DAFTAR PUSTAKA

·            Abidin, Zainal. 2003. Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Cet.3. Bandung: PT. Remaja rosdakarya offset
·            Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama 1. Jakarta: PT. LOGOS wacana Ilmu
·            Muslih, Mohammad. 2006. Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma Dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Cet.3. Jogjakarta: Belukar
·            Prasetyo. 2002. Filsafat Agama. Cet. 3. Bandung: Pustaka Setia.
·            Salam, Burhanudin. 2003. Pengantar Filsafat. Cet. 5. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
·            S. Praja, Juhaya. 2008. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Cet.3. Jakarta: kencana. 
·            Suhartono,Suparlan.2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


[1] Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.hal 84
[2] Ibid. hal 79-80
[3] Ibid. hal 108
[4] Ibid. hal 108
[5] Ibid. hal 109
[6] Zainal Abidin. Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal 3
[7] Ibid. hal 10
[8] Ibid. hal 11
[9] Ibid. Hal 13
[10]Ibid.. Hal 15-17
[11] Juhaya S. Praja. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana hal 15
[12] Ibid.hal 15
[13] Ibid.hal 16
[14] Drs. Burhanudin Salam. Pengantar Filsafat. Jakarta : BUmi Aksara Cet.5 hal 184
[15] Ibid. hal 184-185
[16] Muhammad Muslih. Filsafat Ilmu. Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. 2004. Yogyakarta: Belukar. Hal 22
[17]Ibid. Hal 23

MADZHAB EPICURIS, STOA, DAN SKEPSIS DALAM KAJIAN FILSAFAT ETIKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

            Manusia dalam hidupnya tidak pernah merasa bahagia. Mereka selalu tertekan jiwanya karena berbagai sebab. Kemudian muncullah aliran yang berbicara tentang mencari hakikat kebenaran dan bagaimana agar manusia bahagia dalam hidupnya.
 Mereka tidak tahu dimanakah letak kebahagiaan itu dan bagaimana cara menggapainya. Manusia selalu berpikir tentang itu

1.2.  Rumusan Masalah
1.   Apa ajaran dari aliran epicurisme ?
2.   Apa sajakah ajaran yang dikemukakan oleh aliran stoaisme ?
3.   Bagaimana ajaran dari aliran skeptisme ?

1.3.  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui ajaran aliran epicurisme
2.      Untuk mengetahui ajaran aliran stoaisme
3.      Untuk mengetahui ajaran aliran skeptisme 

BAB II
PEMBAHASAN
.
A.                Madzhab Epicuris dan Ajaran-Ajarannya Pada Masa Etik
Etika sebetulnya merupakan bagian dari aksiologi, yakni bagian filsafat tentang nilai. Nilai adalah suatu kualitas yang kita berikan kepada sesuatu    
 ( objek ) sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak bernilai.[1]
Masa etik diisi oleh tiga macam aliran filsafat, yaitu aliran Epicuros, Stoa, dan Skeptis. Yang pertama terambil dari nama pembangunan sekolah tersebut, yaitu Epicuros.[2]
Epicuros yang mendirikan sekolah filoshopi ini lahir di Samos pada tahun 341 SM dan meninggal di Athena pada tahun 217 SM pada usia 70 tahun. Ia adalah guru filsafat di mytilen dan Lamp-sakos.
Menurut pendapat Epicuros, filsafat harus merintis jalan kearah mencapai kesenangan hidup.Ia membagi filsafat dalam tiga bagian, yaitu logika, fisika, dan etika.[3]
a.       Ajaran logika
Yang dimaksud dengan logika oleh Epicuris adalah “ kanonika”, sebagai norma yang membangun pengetahuan. Norma dan kriteria adalah segala sesuatu yang terpandang, karena segala macam pandangan adalah benar, benar pula dalam jiwa orang yang memandang.Bahkan, pandangan orang gila pun merupakan sebuah kebenaran. Semua yang terpandang adalah kenyataan lahiriah, benar atau salah dari realitas adalah hasil pandangan itu sendiri, sehingga pengertian atas hasil pandangan merupakan norma dan kriteria kebenaran.. Logikanya tidak menerima kebenaran selain hasil pikiran.Kebenaran hanya dicapai dengan pemandangan dan pengalaman.
Pandangan yang dimaksud adalah penglihatan atau hasil indrawi.Sehingga menurut Epicuris tidak ada kebenaran kalau dia belum melihat dan menyaksikan sendiri melalui panca indranya. Bagi Epicuris, kebenaran yang patut diakui hanyalah yang nyata artinya yang terpandang oleh indera. Contohnya, daun itu berwarna hijau ketika muda dan menguning kecoklatan ketika sudah tua dan hendak gugur. Logikanya bagi Epicuris itu benar, jika ia melihat dan  menyaksikan metamorfosa daun tersebut dengan indra ( matanya ) sendiri. Dia akan mengatakan benar jika itu  nyata.
Adapun kaitannya dengan etika social, Epicuris berpendirian bahwa masyarakat merupakan sumber norma dan susila, sedangkan norma dan susila harus dibangun didalam pendidikan.

b.      Ajaran fisika
Dari ajaran fisika, Epicuris hendak membebaskan manusia dari kepercayaan kepada para dewa-dewa.Dengan ajaran itu dinyatakan bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai oleh dewa-dewa. Melainkan digerakan oleh hukum-hukum fisika.Jiwa manusia tidak terus hidup sesudah mati, dunia tidak satu saja, melainkan tidak terbilang banyaknya. Manusia di dalam hidupnya tidak bahagia kerena terganggu oleh tiga hal: takut akan marah dewa, takut akan mati, takut akan nasib.
Menurut Epicuris, manusia akan hidup bahagia jika merasa tidak ada beban di dalam hidupnya karena tidak terikat pada kekuasaan dewa. Segala yang ada dan tercipta itu karena adanya hukum fisika bukan karena ciptaan dewa.Jadi manusia tidak perlu takut dikuasai oleh dewa.Epicuris juga berpendapat bahwa taka ada badan tak ada pula jiwa. Jadi ketika manusia mati jiwanya pun akan mati. Begitu pula nasib ditentukan oleh gerak atom, yang mana kita tidak bisa mengubahnya.
c.       Ajaran Etika
Ajaran etikanya adalah mencari kesenangan hidup.Kesenangan hidup menurut Epicuris ialah barang yang paling tinggi nilainya. Mencari kesenangan hidup itu tidak berarti memiliki kekayaan dunia sebanyak-banyaknya dengan tidak menghiraukan orang lain. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Yang paling penting dan paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena kesenangan jiwa meliputi masa sekarang, masa lampau, dan masa yang akan datang.
Tujuan etik Epicuris ini tidak lain dari didikan memperkuat jiwa untuk menghadapi segala keadaan. Dalam suka dan duka, perasaan manusia hendaklah sama.

B.  Madzhab Stoaisme dan Ajaran-Ajarannya
Stoa artinya ( serambi, bertiang, selasar ) dinamakan begitu karena madzhab stoa mengajar dan berkumpul diserambi bertiang digedung-gedung Athena. [4]
Aliran stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari kition ( 133-266 SM ). Ia dilahirkan di kition pada tahun 340 SM dan meninggal di Athena pada tahun 264 pada usia 76 tahun.
Awalnya ia adalah seorang saudagar yang sering berlayar pada suatu hari kapalnya pecah ditengah laut, jiwanya tertolong namun hartanya habis, sama sekali, sejak itulah ia berhenti berniaga dan pergi belajar filsafat.
Zeno akhirnya belajar pada akademia dibawah pimpinan Xenokrates, murid plato yang terkenal. Setelah keluar dari akademia, ia mendirikan sekolah sendiri yang bertempat pada suatu ruang yang penuh ukiran. Dan “ Stoa” sendiri diambil dari bahasa Greek yang berarti ruang. Dan kata Stoa dipakainya sebagai nama sekolahnya.
Ajaran-ajarannya adalah:
a.       Logika
Logika menurut kaum Stoa bertujuan untuk memperoleh kriterium tentang kebenaran.Mereka juga mempergunakan teori reproduksi dan demokritos.Apa yang dipikirkan tak lain dari yang telah diketahui dengan pemandangan. Pemandangan yang benar ialah suatu pemandangan, yang menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam, sehingga orang yang memandang itu terpaksa membenarkan dan menerima isinya.
Kaum stoa berbeda pendapat dengan plato dan aristoteles bahwa segala yang dipandang menjadi ada hanya karena adanya pengertian, pada hal sebenarnya pengertian hanyalah gambaran otak dalam ingatan. Oleh karena itu, pengertian bukan kenyataan.Akan tetapi benda-benda yang kelihatan adalah benda yang mempunyai realita, nyata adanya.( Muhammad htta, 1986: 151 )
Menurut hatta, pendapat kaum stoa tersebut secara filosof disebut dengan nominalisme sebagai lawan dari realism.
b.                  Fisika
Fisika kaum stoa tidak saja memberi pelajaran tentang alam, tetapi meliputi teologi.Meskipun tampak paradoks, jika diperhatikan dengan seksama, hal tersebut tidak mengherankan, karena zeno yang membangun madzhab stoa, menyamakan tuhan dengan dasar pembangunan.Dasar pembangunan adalah arti yang membangun sebagai suatu bagian dari alam.Menurut mereka, alam mempunyai dua dasar yaitu yang bekerja dan dikerjakan.Yang bekerja adalah tuhan dan yang dikerjakan ialah materi.Kedua-duanya ialah bertubuh.
Menurut kaum stoa, alam semesta ini ditentukan oleh suatu kiasan yang disebut logos ( pikiran semesta ). Oleh sebab itu, semua kejadian tunduk pada semua hukum alam yang berjalan. Manusia akan hidup bijaksana dan bahagia bila ia bertindak sesuai dengan rasionya. Fisika kaum stoa ini menjadi pandangan hidupnya.Karena semua yang terjadi dalam dunia ini berlaku menurut hukum alam dan rasio, serta adanya tuhan untuk keselamatan manusia, kaum stoa mempunyai pandangan hidup yang optimis. Semuanya terjadi menurut kemestian dalam edaran yang tetap, trima itu dengan senang dan gembira.( Moh. Hatta 1986: 151 ).
c.              Etika
Etika menurut kaum stoa adalah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup tepat, kemudian melaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan.Madzhab stoa berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi ialah memperoleh harta yang terbesar nilainya, yaitu kesenangan hidup.Kemerdekaan moriil seseorang adalah dasar segala etik pada kaum stoa.
Manusia yang hidup menurut hidupnya adalah merdeka sepenuhnya, sekalipun ia tunduk pada satu-satunya hukum yang menguasai semuanya yaitu hukum kausalita. Kemerdekaan tidak akan bertentangan dengan kemestian, melainkan berpokok padanya.
Manusia yang hidup menurut kesadaran yang tepat menurut alamnya akan sehat hidupnya. Manusia khilaf yang hidupnya menyimpang dari yang semestinya akan sakit. Manusia dihinggapi penyakit apabila ia cenderung pada harta kekayaan, kehormatan dan tanda-tanda kebesaran diri yang tidak sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.
Sesuai dengan itu maka mereka berpendapat bahwa persekutuan social manusia, yaitu Negara adalah syarat pertama untuk melaksanakan budi yang terutama, yaitu keadilan.

C.     Aliran Skeptisme dan Ajaran-Ajarannya
Skeptisme ( dari yunani ) skepsis ( pertimbangan atau keraguan ) /   
( atau kita tidak dapat mencapai kebenaran atau realitas dan melekat kepada ketidakpercayaan yang komplit serta total akan proses mencapai kepastian).[5]
Bahkan kaum yang lebih ekstrim disebut dengan pironis sesuai dengan namanya piro. Piro berpendapat kita mesti menangguhkan semua keputusan karena dengan begitu jika kita akan memutuskan suatu keputusan kita harus mencapai sesuatu yang tidak diragukan, kalau seandainya kita belum memutuskan berarti kita masih ada yang kita yakini belum mencapai suatu kebenaran.
 Aliran ini berpendapat bahwa di bidang teoritis, manusia tidak akan sanggup mencapai  kebenaran.[6]
Agar berbahagia, manusia tidak harus mengambil keputusan yang pasti, tetapi selalu ragu-ragu.
Kaum skeptic adalah para filosof yang meyakini bahwa keragu-raguan terhadap segala sesuatu merupakan fondasi keyakinan. Oleh karena itu, ketika mereka meragukan sesuatu, hal itu artinya mereka meyakini sesuatu. Tanpa berawal dari rasa ragu, keyakinan itu tidak akan hadir dalam kehidupan.
Tokoh dari aliran ini adalah Pyrrhon yang lahir tahun 360 SM dan meninggal dunia tahun 270 SM.
Sekolah yang dijadikan lambang pengetahuan kaum skeptic adalah sekolah aliran Pyrrhon dan Elis. Adapun sekolah yag kedua disebut skeptis academia karena aliran ini lahir dari akademis yang didirikan oleh Plato.

1.      Sekolah Skeptis Pyrrhon
pyrrhon mengajarkan bahwa kebenaran tidak dapat diduga. Kita harus sangsi terhadap sesuatu yang dikatakan orang benar.Sebagai alasan, disebutnya bahwa diluar ruang yang kosong dan atom yang bergerak, yang hanya dipikirkan oleh akal, tidak ada yang dapat diketahui dengan pasti.
Dari dua ucapan yang bertentangan tentang sesuatunya, salah satunya mestilah benar sedangkan yang lainnya salah. Jalan sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup ialah menjauhkan diri dari mengambil keputusan dalam menentukan apa ynag dikatakan bagus dan buruk, apa yang baik dan jahat, apa yang adil dan tidak adil. Perbedaan masalah – masalah itu biasanya diperjuangkan dengan sehebat-hebatnya. Perjuangan yang tidak henti-hentinya itu menunjukan bahwa sebenarnya tidak sanggup menentukan apa yang sebenarnya dikatakan bagus, baik , dan seterusnya. ( Moh. Hatta 1986 : 157 ).
Menjauhkan diri dari sikap memutus adalah jalan yang ditujukan oleh filosofi Pyrrhon untuk  mencapai kesenangan hidup. ( Moh. Hatta 1986  : 157 ).
2.    Sekolah Skeptis Akademia

Arkiselaos, seorang tokoh akademia berpendapat bahwa cita-cita orang bijaksana ialah bebas dari berbuat salah. Kemudian tokoh lain aliran ini adalah karneades, berpendapat bahwa kriterium bagi kebenaran tidak ada. Hasil pancaindera dan pandangan bukan pandangan sejati, karena segala dari hasil pandangan membutuhkan penjelasan.
D.            Persamaan Antara Madzhab Epicuris, Stoa dan Skeptis
Persamaan antara aliran epicuris, stoa dan skeptis adalah terletak pada pokok ajarannya yaitu tentang bagaimana manusia mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia. Selain itu, persamaan dari aliran-aliran ini ( epicuris dan stoa ) adalah pada ajarannya tentang logika yang mana semuanya ingin mencari kebenaran tentang sesuatu.

E.            Perbedaan Antara Madzhab Epicuris, Stoa dan Skeptic dalam Kajian Filsafat Etika.
Perbedaan antara aliran epicuris, stoa dan skeptic adalah terletak pada bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan hidup itu.
Menurut aliran epicuris, agar manusia hidup bahagia maka harus memperoleh ketenangan jiwa. Sedangkan aliran stoa berpendapat bahwa agar manusia hidup bahgia, maka harus harmoni terhadap alam. Dan menurut aliran skeptic, agar manusia hidup bahagia maka jangan pernah mengambil keputusan.[7]

Kesimpulan

Pokok inti ajaran dari Epicuris adalah agar bagaimana manusia itu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, agar manusia hidupnya bahagia maka harus memperoleh ketenangan jiwa ( ataraxia ). Dan juga pada umumnya karena manusia mengalami banyak ketakutan maka sulit memperoleh ketenangan jiwa untuk itu jika manusia mampu mengatasi tiga ketakutan ini yaitu takut terhadap dewa, takut terhadap kematian, takut terhadap nasib, maka akan mencapai kebahagiaan.
Pokok ajaran stoa juga hampir sama dengan ajaran Epicuris yaitu agar bagaimana manusia dalam hidupnya bahagia, tapi yang membedakan disini adalah agar dapat mencapai kebahagiaan maka harus harmoni terhadap dunia
( alam ) dan harmoni dengan dirinya. Manusia  harus harmoni dengan dirinya sendiri, apabila manusia telah mencapai harmoni terhadap dirinya sendiri maka kebahagiaan bukan lagi tujuan hidup, akan tetapi dengan keadaan harmoni dengan dirinya, itulah sesungguhnya manusia dalam keadaan apatheia, yaitu keadaan tanpa rasa ( pathe ) atau keadaan dimana dirinya menguasai segala perasaannya.
Pokok ajaran Skeptis yaitu bagaimana manusia hidup bahagia hal ini mensinyalir bahwa sebagian besar manusia hidupnya tidak bahagia, sehingga manusia sukar sekali mencapai kebijaksanaan. Maka sebagai syaratnya, agar manusia melakukan untuk tidak mengambil keputusan.Karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan itu disebut orang yang tidak pernah keliru.Untuk tidak pernah keliru manusia selalu harus selalu ragu-ragu dengan ragu-ragu itu orang tidak pernah keliru, akhirnya orang tersebut dikatakan sebagai orang yang tidak pernah mengambil keputusan, dan orang yang tidak perrnah mengambil keputusan itulah orang yang bahagia
Daftar Pustaka


·         Atang abdul hakim dan Beni ahmad saebeni  Filsafat umum  2008, Bandung. penerbit ; pustaka setia .
·         Zainal abidin pengantar filsafat barat 2011 , Jakarta.  penerbit ; rajawali pers.
·         Asmoro achmadi , filsafat umum , 2003. Cetakan ke-5 , Jakarta, penerbit ; PT raja grafindo.
·         Pengantar filsafat Louis o. kattsoff, cetakan ke-5  ,1992 . penerbit tiara wacana yogya.
·         Ma’luf Louis. Munjid fillughoh wal a’lam. Cetakan ke -38. 2000. Beirut : dar el- machreq Sarl.  
·         Street Walten. The New Shorter Oxford English Dictionary. Cetakan ke-2. 1993. Newyork : Oxford University Press Inc.
·         Procter Paul. Cambridge International Dictionary of English. 1995.  Great Britain : The Press Syndicate of the University of Cambridge.


[1] Abidin Zainal. Pengantar Filsafat Barat.2011.Jakarta, Rajawali Pers. Hal: 74
[2] Abdul Hakim, Atang dan Beni ahmad Saebani.Filsafat umum.2008.Bandung : Pustaka setia. Hal.112
[3] Ibid .
[4] Bagus lorens. kamus filsafat.2002. jakarta, gramedia pustaka utama hal: 1036.
[5] Bagus lorens. kamus filsafat.2002. jakarta, gramedia pustaka utama hal:1026
[6] Op.cit , hal.118
[7]Ahmadi Asmoro. Filsafat Umum. 2003. Jakarta, PT Raja Grafindo. Hal.57-59.