Free Mega Man Run Cursors at www.totallyfreecursors.com
EL Butar: MADZHAB EPICURIS, STOA, DAN SKEPSIS DALAM KAJIAN FILSAFAT ETIKA

Jumat, 16 November 2012

MADZHAB EPICURIS, STOA, DAN SKEPSIS DALAM KAJIAN FILSAFAT ETIKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

            Manusia dalam hidupnya tidak pernah merasa bahagia. Mereka selalu tertekan jiwanya karena berbagai sebab. Kemudian muncullah aliran yang berbicara tentang mencari hakikat kebenaran dan bagaimana agar manusia bahagia dalam hidupnya.
 Mereka tidak tahu dimanakah letak kebahagiaan itu dan bagaimana cara menggapainya. Manusia selalu berpikir tentang itu

1.2.  Rumusan Masalah
1.   Apa ajaran dari aliran epicurisme ?
2.   Apa sajakah ajaran yang dikemukakan oleh aliran stoaisme ?
3.   Bagaimana ajaran dari aliran skeptisme ?

1.3.  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui ajaran aliran epicurisme
2.      Untuk mengetahui ajaran aliran stoaisme
3.      Untuk mengetahui ajaran aliran skeptisme 

BAB II
PEMBAHASAN
.
A.                Madzhab Epicuris dan Ajaran-Ajarannya Pada Masa Etik
Etika sebetulnya merupakan bagian dari aksiologi, yakni bagian filsafat tentang nilai. Nilai adalah suatu kualitas yang kita berikan kepada sesuatu    
 ( objek ) sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak bernilai.[1]
Masa etik diisi oleh tiga macam aliran filsafat, yaitu aliran Epicuros, Stoa, dan Skeptis. Yang pertama terambil dari nama pembangunan sekolah tersebut, yaitu Epicuros.[2]
Epicuros yang mendirikan sekolah filoshopi ini lahir di Samos pada tahun 341 SM dan meninggal di Athena pada tahun 217 SM pada usia 70 tahun. Ia adalah guru filsafat di mytilen dan Lamp-sakos.
Menurut pendapat Epicuros, filsafat harus merintis jalan kearah mencapai kesenangan hidup.Ia membagi filsafat dalam tiga bagian, yaitu logika, fisika, dan etika.[3]
a.       Ajaran logika
Yang dimaksud dengan logika oleh Epicuris adalah “ kanonika”, sebagai norma yang membangun pengetahuan. Norma dan kriteria adalah segala sesuatu yang terpandang, karena segala macam pandangan adalah benar, benar pula dalam jiwa orang yang memandang.Bahkan, pandangan orang gila pun merupakan sebuah kebenaran. Semua yang terpandang adalah kenyataan lahiriah, benar atau salah dari realitas adalah hasil pandangan itu sendiri, sehingga pengertian atas hasil pandangan merupakan norma dan kriteria kebenaran.. Logikanya tidak menerima kebenaran selain hasil pikiran.Kebenaran hanya dicapai dengan pemandangan dan pengalaman.
Pandangan yang dimaksud adalah penglihatan atau hasil indrawi.Sehingga menurut Epicuris tidak ada kebenaran kalau dia belum melihat dan menyaksikan sendiri melalui panca indranya. Bagi Epicuris, kebenaran yang patut diakui hanyalah yang nyata artinya yang terpandang oleh indera. Contohnya, daun itu berwarna hijau ketika muda dan menguning kecoklatan ketika sudah tua dan hendak gugur. Logikanya bagi Epicuris itu benar, jika ia melihat dan  menyaksikan metamorfosa daun tersebut dengan indra ( matanya ) sendiri. Dia akan mengatakan benar jika itu  nyata.
Adapun kaitannya dengan etika social, Epicuris berpendirian bahwa masyarakat merupakan sumber norma dan susila, sedangkan norma dan susila harus dibangun didalam pendidikan.

b.      Ajaran fisika
Dari ajaran fisika, Epicuris hendak membebaskan manusia dari kepercayaan kepada para dewa-dewa.Dengan ajaran itu dinyatakan bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai oleh dewa-dewa. Melainkan digerakan oleh hukum-hukum fisika.Jiwa manusia tidak terus hidup sesudah mati, dunia tidak satu saja, melainkan tidak terbilang banyaknya. Manusia di dalam hidupnya tidak bahagia kerena terganggu oleh tiga hal: takut akan marah dewa, takut akan mati, takut akan nasib.
Menurut Epicuris, manusia akan hidup bahagia jika merasa tidak ada beban di dalam hidupnya karena tidak terikat pada kekuasaan dewa. Segala yang ada dan tercipta itu karena adanya hukum fisika bukan karena ciptaan dewa.Jadi manusia tidak perlu takut dikuasai oleh dewa.Epicuris juga berpendapat bahwa taka ada badan tak ada pula jiwa. Jadi ketika manusia mati jiwanya pun akan mati. Begitu pula nasib ditentukan oleh gerak atom, yang mana kita tidak bisa mengubahnya.
c.       Ajaran Etika
Ajaran etikanya adalah mencari kesenangan hidup.Kesenangan hidup menurut Epicuris ialah barang yang paling tinggi nilainya. Mencari kesenangan hidup itu tidak berarti memiliki kekayaan dunia sebanyak-banyaknya dengan tidak menghiraukan orang lain. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Yang paling penting dan paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena kesenangan jiwa meliputi masa sekarang, masa lampau, dan masa yang akan datang.
Tujuan etik Epicuris ini tidak lain dari didikan memperkuat jiwa untuk menghadapi segala keadaan. Dalam suka dan duka, perasaan manusia hendaklah sama.

B.  Madzhab Stoaisme dan Ajaran-Ajarannya
Stoa artinya ( serambi, bertiang, selasar ) dinamakan begitu karena madzhab stoa mengajar dan berkumpul diserambi bertiang digedung-gedung Athena. [4]
Aliran stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari kition ( 133-266 SM ). Ia dilahirkan di kition pada tahun 340 SM dan meninggal di Athena pada tahun 264 pada usia 76 tahun.
Awalnya ia adalah seorang saudagar yang sering berlayar pada suatu hari kapalnya pecah ditengah laut, jiwanya tertolong namun hartanya habis, sama sekali, sejak itulah ia berhenti berniaga dan pergi belajar filsafat.
Zeno akhirnya belajar pada akademia dibawah pimpinan Xenokrates, murid plato yang terkenal. Setelah keluar dari akademia, ia mendirikan sekolah sendiri yang bertempat pada suatu ruang yang penuh ukiran. Dan “ Stoa” sendiri diambil dari bahasa Greek yang berarti ruang. Dan kata Stoa dipakainya sebagai nama sekolahnya.
Ajaran-ajarannya adalah:
a.       Logika
Logika menurut kaum Stoa bertujuan untuk memperoleh kriterium tentang kebenaran.Mereka juga mempergunakan teori reproduksi dan demokritos.Apa yang dipikirkan tak lain dari yang telah diketahui dengan pemandangan. Pemandangan yang benar ialah suatu pemandangan, yang menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam, sehingga orang yang memandang itu terpaksa membenarkan dan menerima isinya.
Kaum stoa berbeda pendapat dengan plato dan aristoteles bahwa segala yang dipandang menjadi ada hanya karena adanya pengertian, pada hal sebenarnya pengertian hanyalah gambaran otak dalam ingatan. Oleh karena itu, pengertian bukan kenyataan.Akan tetapi benda-benda yang kelihatan adalah benda yang mempunyai realita, nyata adanya.( Muhammad htta, 1986: 151 )
Menurut hatta, pendapat kaum stoa tersebut secara filosof disebut dengan nominalisme sebagai lawan dari realism.
b.                  Fisika
Fisika kaum stoa tidak saja memberi pelajaran tentang alam, tetapi meliputi teologi.Meskipun tampak paradoks, jika diperhatikan dengan seksama, hal tersebut tidak mengherankan, karena zeno yang membangun madzhab stoa, menyamakan tuhan dengan dasar pembangunan.Dasar pembangunan adalah arti yang membangun sebagai suatu bagian dari alam.Menurut mereka, alam mempunyai dua dasar yaitu yang bekerja dan dikerjakan.Yang bekerja adalah tuhan dan yang dikerjakan ialah materi.Kedua-duanya ialah bertubuh.
Menurut kaum stoa, alam semesta ini ditentukan oleh suatu kiasan yang disebut logos ( pikiran semesta ). Oleh sebab itu, semua kejadian tunduk pada semua hukum alam yang berjalan. Manusia akan hidup bijaksana dan bahagia bila ia bertindak sesuai dengan rasionya. Fisika kaum stoa ini menjadi pandangan hidupnya.Karena semua yang terjadi dalam dunia ini berlaku menurut hukum alam dan rasio, serta adanya tuhan untuk keselamatan manusia, kaum stoa mempunyai pandangan hidup yang optimis. Semuanya terjadi menurut kemestian dalam edaran yang tetap, trima itu dengan senang dan gembira.( Moh. Hatta 1986: 151 ).
c.              Etika
Etika menurut kaum stoa adalah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup tepat, kemudian melaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan.Madzhab stoa berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi ialah memperoleh harta yang terbesar nilainya, yaitu kesenangan hidup.Kemerdekaan moriil seseorang adalah dasar segala etik pada kaum stoa.
Manusia yang hidup menurut hidupnya adalah merdeka sepenuhnya, sekalipun ia tunduk pada satu-satunya hukum yang menguasai semuanya yaitu hukum kausalita. Kemerdekaan tidak akan bertentangan dengan kemestian, melainkan berpokok padanya.
Manusia yang hidup menurut kesadaran yang tepat menurut alamnya akan sehat hidupnya. Manusia khilaf yang hidupnya menyimpang dari yang semestinya akan sakit. Manusia dihinggapi penyakit apabila ia cenderung pada harta kekayaan, kehormatan dan tanda-tanda kebesaran diri yang tidak sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.
Sesuai dengan itu maka mereka berpendapat bahwa persekutuan social manusia, yaitu Negara adalah syarat pertama untuk melaksanakan budi yang terutama, yaitu keadilan.

C.     Aliran Skeptisme dan Ajaran-Ajarannya
Skeptisme ( dari yunani ) skepsis ( pertimbangan atau keraguan ) /   
( atau kita tidak dapat mencapai kebenaran atau realitas dan melekat kepada ketidakpercayaan yang komplit serta total akan proses mencapai kepastian).[5]
Bahkan kaum yang lebih ekstrim disebut dengan pironis sesuai dengan namanya piro. Piro berpendapat kita mesti menangguhkan semua keputusan karena dengan begitu jika kita akan memutuskan suatu keputusan kita harus mencapai sesuatu yang tidak diragukan, kalau seandainya kita belum memutuskan berarti kita masih ada yang kita yakini belum mencapai suatu kebenaran.
 Aliran ini berpendapat bahwa di bidang teoritis, manusia tidak akan sanggup mencapai  kebenaran.[6]
Agar berbahagia, manusia tidak harus mengambil keputusan yang pasti, tetapi selalu ragu-ragu.
Kaum skeptic adalah para filosof yang meyakini bahwa keragu-raguan terhadap segala sesuatu merupakan fondasi keyakinan. Oleh karena itu, ketika mereka meragukan sesuatu, hal itu artinya mereka meyakini sesuatu. Tanpa berawal dari rasa ragu, keyakinan itu tidak akan hadir dalam kehidupan.
Tokoh dari aliran ini adalah Pyrrhon yang lahir tahun 360 SM dan meninggal dunia tahun 270 SM.
Sekolah yang dijadikan lambang pengetahuan kaum skeptic adalah sekolah aliran Pyrrhon dan Elis. Adapun sekolah yag kedua disebut skeptis academia karena aliran ini lahir dari akademis yang didirikan oleh Plato.

1.      Sekolah Skeptis Pyrrhon
pyrrhon mengajarkan bahwa kebenaran tidak dapat diduga. Kita harus sangsi terhadap sesuatu yang dikatakan orang benar.Sebagai alasan, disebutnya bahwa diluar ruang yang kosong dan atom yang bergerak, yang hanya dipikirkan oleh akal, tidak ada yang dapat diketahui dengan pasti.
Dari dua ucapan yang bertentangan tentang sesuatunya, salah satunya mestilah benar sedangkan yang lainnya salah. Jalan sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup ialah menjauhkan diri dari mengambil keputusan dalam menentukan apa ynag dikatakan bagus dan buruk, apa yang baik dan jahat, apa yang adil dan tidak adil. Perbedaan masalah – masalah itu biasanya diperjuangkan dengan sehebat-hebatnya. Perjuangan yang tidak henti-hentinya itu menunjukan bahwa sebenarnya tidak sanggup menentukan apa yang sebenarnya dikatakan bagus, baik , dan seterusnya. ( Moh. Hatta 1986 : 157 ).
Menjauhkan diri dari sikap memutus adalah jalan yang ditujukan oleh filosofi Pyrrhon untuk  mencapai kesenangan hidup. ( Moh. Hatta 1986  : 157 ).
2.    Sekolah Skeptis Akademia

Arkiselaos, seorang tokoh akademia berpendapat bahwa cita-cita orang bijaksana ialah bebas dari berbuat salah. Kemudian tokoh lain aliran ini adalah karneades, berpendapat bahwa kriterium bagi kebenaran tidak ada. Hasil pancaindera dan pandangan bukan pandangan sejati, karena segala dari hasil pandangan membutuhkan penjelasan.
D.            Persamaan Antara Madzhab Epicuris, Stoa dan Skeptis
Persamaan antara aliran epicuris, stoa dan skeptis adalah terletak pada pokok ajarannya yaitu tentang bagaimana manusia mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia. Selain itu, persamaan dari aliran-aliran ini ( epicuris dan stoa ) adalah pada ajarannya tentang logika yang mana semuanya ingin mencari kebenaran tentang sesuatu.

E.            Perbedaan Antara Madzhab Epicuris, Stoa dan Skeptic dalam Kajian Filsafat Etika.
Perbedaan antara aliran epicuris, stoa dan skeptic adalah terletak pada bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan hidup itu.
Menurut aliran epicuris, agar manusia hidup bahagia maka harus memperoleh ketenangan jiwa. Sedangkan aliran stoa berpendapat bahwa agar manusia hidup bahgia, maka harus harmoni terhadap alam. Dan menurut aliran skeptic, agar manusia hidup bahagia maka jangan pernah mengambil keputusan.[7]

Kesimpulan

Pokok inti ajaran dari Epicuris adalah agar bagaimana manusia itu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, agar manusia hidupnya bahagia maka harus memperoleh ketenangan jiwa ( ataraxia ). Dan juga pada umumnya karena manusia mengalami banyak ketakutan maka sulit memperoleh ketenangan jiwa untuk itu jika manusia mampu mengatasi tiga ketakutan ini yaitu takut terhadap dewa, takut terhadap kematian, takut terhadap nasib, maka akan mencapai kebahagiaan.
Pokok ajaran stoa juga hampir sama dengan ajaran Epicuris yaitu agar bagaimana manusia dalam hidupnya bahagia, tapi yang membedakan disini adalah agar dapat mencapai kebahagiaan maka harus harmoni terhadap dunia
( alam ) dan harmoni dengan dirinya. Manusia  harus harmoni dengan dirinya sendiri, apabila manusia telah mencapai harmoni terhadap dirinya sendiri maka kebahagiaan bukan lagi tujuan hidup, akan tetapi dengan keadaan harmoni dengan dirinya, itulah sesungguhnya manusia dalam keadaan apatheia, yaitu keadaan tanpa rasa ( pathe ) atau keadaan dimana dirinya menguasai segala perasaannya.
Pokok ajaran Skeptis yaitu bagaimana manusia hidup bahagia hal ini mensinyalir bahwa sebagian besar manusia hidupnya tidak bahagia, sehingga manusia sukar sekali mencapai kebijaksanaan. Maka sebagai syaratnya, agar manusia melakukan untuk tidak mengambil keputusan.Karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan itu disebut orang yang tidak pernah keliru.Untuk tidak pernah keliru manusia selalu harus selalu ragu-ragu dengan ragu-ragu itu orang tidak pernah keliru, akhirnya orang tersebut dikatakan sebagai orang yang tidak pernah mengambil keputusan, dan orang yang tidak perrnah mengambil keputusan itulah orang yang bahagia
Daftar Pustaka


·         Atang abdul hakim dan Beni ahmad saebeni  Filsafat umum  2008, Bandung. penerbit ; pustaka setia .
·         Zainal abidin pengantar filsafat barat 2011 , Jakarta.  penerbit ; rajawali pers.
·         Asmoro achmadi , filsafat umum , 2003. Cetakan ke-5 , Jakarta, penerbit ; PT raja grafindo.
·         Pengantar filsafat Louis o. kattsoff, cetakan ke-5  ,1992 . penerbit tiara wacana yogya.
·         Ma’luf Louis. Munjid fillughoh wal a’lam. Cetakan ke -38. 2000. Beirut : dar el- machreq Sarl.  
·         Street Walten. The New Shorter Oxford English Dictionary. Cetakan ke-2. 1993. Newyork : Oxford University Press Inc.
·         Procter Paul. Cambridge International Dictionary of English. 1995.  Great Britain : The Press Syndicate of the University of Cambridge.


[1] Abidin Zainal. Pengantar Filsafat Barat.2011.Jakarta, Rajawali Pers. Hal: 74
[2] Abdul Hakim, Atang dan Beni ahmad Saebani.Filsafat umum.2008.Bandung : Pustaka setia. Hal.112
[3] Ibid .
[4] Bagus lorens. kamus filsafat.2002. jakarta, gramedia pustaka utama hal: 1036.
[5] Bagus lorens. kamus filsafat.2002. jakarta, gramedia pustaka utama hal:1026
[6] Op.cit , hal.118
[7]Ahmadi Asmoro. Filsafat Umum. 2003. Jakarta, PT Raja Grafindo. Hal.57-59.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar